Tentang Ku

BLOG INI TENTANG MUSIK DAN BUDAYA

Keris

[Budaya] Keris: Pusaka Peninggalan Nenek Moyang


Sewaktu saya menghadiri acara pernikahan seorang kerabat suku Jawa, saya selalu tertarik dengan benda yang terselip di kain sindur yang melilit jarik. Benda itu bernama keris. Keris merupakan senjata yang dulu digunakan nenek moyang kita untuk berduel. Tentu saja, seiring dengan perkembangan jaman, keris sudah berubah fungsinya. Salah satunya yaitu menjadi asesori dalam busana adat.
ASAL-USUL KERIS
Menurut G.B. Gardner dalam bukunya Keri s and Other Malay Weapons, keris merupakan perkembangan lanjut dari jenis senjata tikam jaman pra-sejarah yang terbuat dari tulang ikan pari. Cara membuatnya yaitu dengan memotong tulang ikan pari pada pangkalnya, lalu tangkainya dibalut kain sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana. Sedangkan Harsrinuksmo (2004) mengatakan teori G.B. Gardner memiliki banyak kelemahan. Pembuat keris yang pertama berada di pedalaman Jawa yang bukan daerah pesisir.
Lalu muncul teori kedua yang dikemukakan oleh Griffith Wilkens yang mengatakan bahwa budaya keris muncul pada abad 14 dan 15 sebagai perkembangan senjata tombak. Alasannya karena tombak tidak praktis, sehingga muncul ide untuk membuat senjata yang lebih pendek, yaitu keris.
Teori ketiga dikemukakan oleh A.J. Barnet Kempers yang menyatakan bahwa munculnya tradisi pembuatan keris di Nusantara karena dipengaruhi oleh budaya pembuatan perunggu yang berkembang di Dongsom, Vietnam sekitar abad ke 3.
Tetapi setelah mempelajari prasasti dan relief pada candi-candi di Jawa, dapat diduga bahwa keris sudah dikenal orang Jawa sejak abad ke 5. Pada prasasti batu yang ditemukan di desa Dakuwu. Grabag, Magelang, terdapat relief yang menggambarkan peralatan dari besi. Prasasti ini dibuat sekitar tahun 500 Masehi seperti yang tertulis dalam huruf Pallawa yang menggunakan bahasa Sansekerta. Terdapat gambar peralatan seperti kapak, trisula, sabit dan belati yang bentuknya mirip sekali dengan keris.
Namun dari beberapa kitab, Empu yang tercatat sebagai empu tertua dan sampai sekarang anak turunnya masih mengerjakan pekerjaan seperti nenek moyangnya adalah Empu Ramadhi, di beberapa kitab disebut dengan nama Empu Ramayadi. Dipercaya Empu Ramadhi membuat keris pertama pada tahun 152 Caka atau 230 Masehi.
Empu Ramayadi hidup pada jaman Sang Prabu Sri Maha Dewa Buda menguasai tanah Jawa. Beberapa hasil karya beliau: Cakra, Nenggala, Kunta, Trisula, Limpung, Sarotama, dan yang berbentuk keris Pasopati. Keris Pasopati banyak dipercaya orang merupakan senjata yang sangat ampuh dan memiliki perbawa yang luar biasa. Apabila digunakan berperang maka musuh yang tersenggol atau tergores saja akan menjemput kematian. Bila dimasukkan kedalam warangkanya (sarung keris) dan dipakai, si pemakai akan disegani oleh siapa saja dan kata-katanya dipatuhi karena wibawanya yang luar biasa.
PERANAN KERIS DALAM SEJARAH INDONESIA
Dalam kebudayaan Jawa, keris bukan hanya berfungsi sebagai senjata tajam. Keris juga dianggap memiliki kekuatan magis dan menjadi lambang kehormatan bagi pemiliknya. Dalam kisah Ajisaka, Kitab Pararton, Hikayat Hang Tuah juga Perang Diponegoro, keris memainkan peranan yang cukup penting. Bagi tokoh-tokoh besar Indonesia seperti Bung Karno, Pak Harto bahkan Jenderal Sudirman, keris masih dianggap benda pusaka yang mampu mendatangkan keselamatan dan meningkatkan kewibawaan.
BUKAN ALAT PEMBUNUHBukan Alat Pembunuh
Walaupun oleh sebagian peneliti dan penulis bangsa Barat keris digolongkan sebagai jenis senjata tikam, sebenarnya keris dibuat bukan semata-mata untuk membunuh. Keris lebih bersifat sebagai senjata dalam pengertian simbolik, senjata dalam artian spiritual. Untuk ‘sipat kandel,’ kata orang Jawa. Karenanya oleh sebagian orang keris juga dianggap memiliki kekuatan gaib.
FUNGSI KERIS PADA MASA KINI & MAKNANYA
Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap). Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus memakai busana pengantin gaya Jawa: berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol “kejantanan.”  Apabila karena suatu hal pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia boleh diwakili oleh sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.
Keris yang dipakai untuk kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri.
Keris juga tidak bisa dipisahkan dari sarungnya (warangka). Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofi sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi “manunggaling kawula – Gusti”, bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera. Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Demikianlah makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya.

Tags
, , ,
dari: berbagai sumber
Foto: kerisjava.wordpress.com